
Pak Hen: Perjuangan Seorang Pemulung Demi Pendidikan Tujuh Anak
Senja mulai turun saat kami tiba di sebuah rumah sederhana di Korong Gadang, Kuranji, Padang. Rumah itu terlihat tidak terawat, dengan dinding kusam dan atap yang tampak rapuh. Di halaman rumah terlihat barang-barang bekas yang sedang dijemur sebagian belum dibersihkan dan dalam rumah terlihat tumpukan barang bekas yang sudah dibersihkan dan hampir memenuhi seluruh ruangan. Ada yang sudah rapi tersusun dalam karung, siap untuk dijual, tetapi sebagian besar masih berserakan, menunggu untuk dibersihkan. Karung-karung barang bekas ini menjadi saksi bisu perjuangan penghuninya.
Kedatangan kami ke rumah Pak Hen bukanlah kebetulan. Awalnya, tim Jumat Barokah melihat Pak Hen dan keluarganya sedang memulung di pinggir jalan, dengan anaknya yang masih kecil ikut serta. Pemandangan itu membangkitkan tanda tanya besar di benak kami. Bagaimana seorang ayah dengan begitu banyak keterbatasan masih berjuang bersama istri dan anak-anaknya demi bertahan hidup? Dengan penuh kepedulian, tim kami kemudian memutuskan untuk melakukan survei secara diam-diam, mencari tahu lebih dalam tentang kehidupan mereka. Dari hasil pengamatan itu, kami menyadari bahwa keluarga ini benar-benar layak untuk dibantu. Begitulah cara kami di Program Jumat Barokah memilih saudara yang akan kami bantu—dengan memastikan bahwa mereka benar-benar membutuhkan uluran tangan.
Pak Hen, seorang pria paruh baya dengan wajah yang menggambarkan kelelahan sekaligus keteguhan, menyambut kami dengan senyum ramah bersama sang istri. Di sela obrolan, ia mulai bercerita tentang kesehariannya sebagai pemulung. Meski profesinya sering dipandang sebelah mata, Pak Hen tetap menjalani semuanya dengan penuh kesabaran. “Kalau yang kita kerjakan halal, kenapa harus malu?” ujarnya dengan tegas
Rumah ini bukanlah milik Pak Hen. Beliau dan keluarganya baru pindah ke kontrakan ini setelah masa sewa rumah sebelumnya habis. Dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, mencari tempat tinggal yang layak bukan perkara mudah. Namun, bagi Pak Hen, yang terpenting adalah tetap memiliki tempat berteduh bagi keluarganya, meski harus berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.
Di rumah itulah Pak Hen, seorang pemulung, tinggal bersama istrinya dan tujuh anak mereka, 6 perempuan dan seorang laki-laki. Dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas, keluarga ini tetap berusaha menjalani hidup dengan penuh ketabahan. Tidak ada kemewahan, hanya kesederhanaan dan semangat juang yang luar biasa.
Hari itu, kami dari tim Jum’at Barokah Pedagang Pasar Bandar Buat membawa paket sembako untuk dibagikan kepada keluarga Pak Hen. Kedatangan kami diterima oleh Pak Hen dan Istri yang sedang bersiap-siap untuk berangkat memulung. Saat kami menyerahkan bantuan, mata Pak Hen dan istri berkaca-kaca. Ia menerima dengan penuh syukur, sembari mengucapkan terima kasih berulang kali.
“Alhamdulillah, bantuan ini sangat berarti bagi keluarga kami. Terima kasih banyak,” ucapnya dengan suara lirih namun penuh ketulusan.
Pak Hen dan istrinya bekerja sebagai pemulung. Setiap sore, mereka berangkat dengan motor becak bututnya, menyusuri jalan-jalan di Kota Padang untuk mencari barang bekas yang bisa dijual. Terkadang, mereka pulang menjelang dini hari dengan hasil yang tidak selalu pasti. Siang harinya, mereka bersama anak-anak memilah dan membersihkan barang yang sudah dikumpulkan.
“Kalau berangkat pagi atau siang, barang bekas masih sedikit. Makanya saya selalu pergi sore sampai malam. Biasanya butuh waktu satu bulan untuk mengumpulkan barang hingga penuh satu mobil,” jelas Pak Hen. Pengepul biasanya akan menjemput dan membeli barang bekas Pak Hen jika dirasa sudah cukup untuk dibawa satu mobil.
Meski penghasilan dari memulung tidak menentu, Pak Hen tidak pernah menyerah. Baginya, pendidikan anak-anak adalah prioritas utama. Enam dari tujuh anaknya masih sekolah, tiga di antaranya bahkan tengah menempuh pendidikan tinggi dengan beasiswa dan bantuan dari Kartu Indonesia Pintar (KIP).
“Sering orang bertanya, ‘uang dari mana bisa menyekolahkan anak-anak?’ Banyak yang meremehkan, bahkan menghina. Tapi kami tetap bertahan. Kalau yang kami kerjakan halal, kenapa mesti malu?” kata Pak Hen dengan penuh keyakinan.
Anak-anaknya juga tidak malu membantu pekerjaan orang tuanya. Mereka ikut memilah dan membersihkan barang bekas di rumah, serta kadang menemani ayah dan ibu mereka memulung. Mereka sadar bahwa ini adalah bagian dari perjuangan keluarga.
“Kami ingin membuktikan bahwa meski berasal dari keluarga pemulung, kami bisa tetap bersekolah dan meraih cita-cita,” ujar anak sulung Pak Hen yang sebentar lagi akan lulus kuliah dan berencana melanjutkan studi S2 dengan harapan untuk menjadi dosen.
Perjuangan Pak Hen tidak selalu mudah. Pernah suatu ketika, hasil memulungnya dicuri oleh sesama pemulung. Tak jarang mereka dihina dan diperlakukan tidak baik oleh orang-orang di jalan. Namun, semua itu tidak membuatnya patah semangat.
“Sering sakit hati, tapi saya harus tetap kuat. Anak-anak butuh pendidikan yang layak, dan saya tidak ingin mereka merasakan kesulitan seperti saya saat ini,” tuturnya.
Di tengah keterbatasan, keluarga ini tetap menjalani hidup dengan penuh kebersyukuran. Mereka saling menguatkan dan tidak pernah kehilangan harapan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk program sosial seperti Jum’at Barokah, menjadi salah satu penyemangat mereka.
Pak Hen berharap, kelak anak-anaknya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan tidak perlu mengalami kesulitan seperti yang ia alami.
“Saya hanya ingin mereka bisa sekolah setinggi mungkin dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Itu saja sudah cukup bagi saya,” ujarnya.
Kami meninggalkan rumah Pak Hen dengan perasaan haru dan kagum. Kisahnya adalah cerminan keteguhan seorang ayah yang tak kenal lelah demi masa depan anak-anaknya. Di balik tumpukan barang bekas yang memenuhi rumahnya, tersembunyi semangat pantang menyerah dan harapan yang tak pernah padam.
Kisah Pak Hen adalah cerita yang penuh inspirasi tentang keteguhan, kerja keras, dan cinta seorang ayah kepada keluarganya. Meski hidup dalam keterbatasan, Pak Hen dan keluarganya tidak pernah menyerah. Mereka menjalani kehidupan sebagai pemulung dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa pekerjaan halal tidak perlu disesali, meski sering dihina atau diremehkan oleh orang lain.
Beberapa Poin Penting dari Kisah Pak Hen:
- Prioritas Pendidikan Anak
Meski penghasilannya tidak menentu, Pak Hen menjadikan pendidikan anak-anaknya sebagai prioritas utama. Enam dari tujuh anaknya masih bersekolah, bahkan tiga di antaranya menempuh pendidikan tinggi dengan bantuan beasiswa dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi keluarga ini sebagai jalan untuk meraih masa depan yang lebih baik. - Semangat Pantang Menyerah
Pak Hen dan istrinya bekerja keras sebagai pemulung, seringkali hingga larut malam, untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meski pernah mengalami pencurian hasil memulung dan perlakuan tidak baik dari orang lain, mereka tetap teguh dan tidak patah semangat. Ini adalah bukti ketangguhan dan tekad yang luar biasa. - Dukungan Keluarga
Anak-anak Pak Hen juga turut membantu orang tua mereka dengan memilah dan membersihkan barang bekas. Mereka tidak malu dengan pekerjaan orang tuanya dan justru menjadikannya sebagai motivasi untuk terus bersekolah dan meraih cita-cita. Ini menunjukkan kebersamaan dan dukungan yang kuat dalam keluarga. - Bantuan dari Masyarakat
Program sosial seperti Jumat Barokah memberikan bantuan sembako dan dukungan moral kepada keluarga Pak Hen. Bantuan ini sangat berarti bagi mereka, terutama dalam meringankan beban sehari-hari. Ini juga menjadi bukti bahwa kepedulian masyarakat dapat memberikan harapan dan semangat bagi mereka yang membutuhkan. - Harapan untuk Masa Depan
Pak Hen berharap anak-anaknya bisa meraih pendidikan setinggi mungkin dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia ingin memastikan bahwa anak-anaknya tidak mengalami kesulitan seperti yang ia alami. Ini adalah impian sederhana namun penuh makna dari seorang ayah yang rela berkorban demi masa depan keluarganya.
Pesan yang Bisa Diambil:
- Keteguhan dan Kerja Keras: Kisah Pak Hen mengajarkan kita bahwa dengan keteguhan dan kerja keras, kita bisa menghadapi segala rintangan hidup.
- Pentingnya Pendidikan: Pendidikan adalah kunci untuk meraih masa depan yang lebih baik, dan setiap orang berhak mendapatkannya, terlepas dari latar belakang ekonominya.
- Kepedulian Sosial: Bantuan dari masyarakat, sekecil apa pun, dapat memberikan dampak besar bagi mereka yang membutuhkan. Kepedulian kita bisa menjadi penyemangat bagi orang lain.
- Kebersamaan Keluarga: Dukungan dan kebersamaan dalam keluarga adalah kekuatan yang dapat membantu menghadapi segala tantangan hidup.
Kisah Pak Hen adalah pengingat bahwa di balik kesulitan, selalu ada harapan dan semangat untuk terus berjuang. Semoga perjuangan Pak Hen dan keluarganya menginspirasi kita semua untuk lebih bersyukur, peduli, dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.
Leave a Reply