
Padang – Dampak banjir besar yang melanda Kota Padang pada Maret 2024 lalu masih menyisakan penderitaan bagi warga, terutama di Koto Lalang, Koto Duku, dan Gurun Kudu. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah terputusnya akses menuju SDN 022, yang selama ini menjadi tumpuan pendidikan bagi anak-anak dari berbagai daerah tersebut. Warga di Koto Duku dan Gurun Kudu jika berurusan ke Kantor Lurah mesti jalan melingkar, melewati kelurahan bandar buat terlebih dahulu, sehingga sangat jauh, padahal jika ditarik garis lurus sangat dekat, namun akses satu-satunya melewati sungai.
Sebelum banjir, jalur utama menuju SDN 022 dapat dilalui dengan kendaraan bermotor dan mobil. Namun, pasca banjir, akses utama terputus total. Kini, satu-satunya jalur yang bisa digunakan hanyalah jalan setapak yang dibuat secara swadaya oleh warga. Ironisnya, jalan ini berada di atas tanah milik masyarakat yang sejatinya bukan diperuntukkan sebagai jalan umum. Kondisi ini tentu sangat menyulitkan, terutama bagi siswa dan guru yang setiap hari harus berjuang menuju sekolah.
Tak hanya itu, banjir yang menerjang daerah ini juga mengakibatkan sungai yang awalnya memiliki lebar sekitar 15-20 meter, kini melebar hingga lebih dari 60 meter. Dengan kondisi ini, akses melalui sungai sangat berbahaya. Akibatnya, warga Koto Duku dan Gurun Kudu yang sebelumnya bisa dengan mudah menuju kantor lurah, kini harus memutar jauh melalui Bandar Buat, menambah beban perjalanan yang semakin berat.
Kondisi ini berimbas juga pada menurunnya jumlah siswa yang bersekolah di SDN 022. Banyak orang tua terpaksa menarik anak mereka karena sulitnya akses ke sekolah. Tak sedikit anak yang akhirnya berhenti sekolah atau terpaksa mencari sekolah lain yang lebih jauh, meskipun dengan biaya transportasi yang lebih besar. Ini menjadi dilema besar, terutama bagi warga yang mayoritas berasal dari kalangan kurang mampu.
Selain siswa, guru-guru pun menghadapi kesulitan yang sama. Dengan kondisi demikian, kualitas pembelajaran di SDN 022 terancam menurun drastis.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, dampak jangka panjangnya akan sangat merugikan. Anak-anak yang kehilangan akses pendidikan akan mengalami ketertinggalan dalam belajar, bahkan bisa putus sekolah. Padahal, pendidikan merupakan hak dasar yang harus terpenuhi demi masa depan mereka yang lebih cerah.
Masyarakat telah berupaya sebisa mungkin untuk mengatasi permasalahan ini. Pembuatan jalan setapak secara gotong royong menunjukkan semangat warga untuk mencari solusi. Namun, tanpa dukungan nyata dari pemerintah, upaya ini tidak akan cukup. Dibutuhkan solusi konkret yang dapat memastikan akses menuju SDN 022 kembali lancar dan aman, ada dua hal yang urgent dibantu oleh pemerintah, yaitu pembangunan jalan utama menuju SDN 22 yang terban sepanjang lebih kurang 20 m dan akses jalan alternatif melewati sungai dengan jembatan gantung, minimal dapat dilewati oleh kendaraan bermotor.
Solusi yang paling memungkinkan dan mendesak untuk direalisasikan adalah pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan Kot0 Duku, Gurun Kudu, SDN 22 dengan pusat pemerintahan Koto Lalang dan dengan daerah sekitarnya. “Jembatan ini tidak hanya akan menjadi akses vital bagi siswa dan guru SDN 022, tetapi juga bagi warga Koto Duku dan Gurun Kudu yang setiap hari harus beraktivitas ke pusat pemerintahan di Koto Lalang”, kata Lurah Koto Lalang.
Masyarakat berharap agar pemerintah segera turun tangan. Mereka meminta adanya perhatian serius terhadap permasalahan ini, mengingat betapa pentingnya akses pendidikan bagi generasi muda. Tanpa jembatan, mereka harus terus berjuang menghadapi perjalanan sulit yang penuh risiko.
Pembangunan jembatan gantung bukan hanya solusi bagi pendidikan, tetapi juga untuk meningkatkan mobilitas masyarakat, memperlancar perekonomian, dan mempererat hubungan antarwilayah yang kini terpisah akibat bencana. Infrastruktur yang memadai akan membantu warga kembali bangkit dari keterpurukan pasca banjir.
Saat ini, masyarakat hanya bisa menunggu dengan penuh harap agar pemerintah mendengar jeritan mereka. Mereka tidak meminta kemewahan, hanya sebuah jembatan yang akan menjadi penghubung bagi masa depan anak-anak mereka. Jika tidak segera ditangani, maka ketimpangan akses pendidikan akan semakin melebar, menciptakan kesenjangan sosial yang lebih dalam.
Kini, bola ada di tangan pemerintah. Akankah mereka merespons dengan cepat, atau membiarkan anak-anak di Koto Lalang kehilangan harapan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Harapan warga hanyalah satu: sebuah jembatan untuk masa depan yang lebih baik.
This situation really highlights how natural disasters have a ripple effect on communities, especially when it comes to education. I hope the authorities will consider building a proper bridge or infrastructure to help the residents and children of Koto Lalang.