Pandangan Mata: Menyusuri Keunikan Surau Ka’bah Munzalan di Lubuak Jantan

Jum’at, 28 Februari 2025, pukul 15.00 WIB, saya, Yuhefizar, bersama keluarga berkesempatan mengunjungi sebuah surau yang unik dan sarat makna spiritual di Nagari Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar. Surau ini bernama Surau Taufiq Ka’bah Munzalan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Surau Ka’bah.” Bangunan ini menjadi sorotan karena konstruksinya yang menyerupai Ka’bah di Mekkah, lengkap dengan dominasi warna hitam dan emas serta kaligrafi ayat suci Al-Qur’an yang mempercantik dindingnya. Inisiatif pembangunan surau ini berasal dari Yayasan Hj. Bunda Syarifah, sebuah lembaga sosial keagamaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas spiritual masyarakat melalui pendidikan dan dakwah. Lokasinya berada di Tanah Bato, Tangah Padang, Jorong Seroja, membuat surau ini mudah dijangkau oleh warga setempat maupun pengunjung dari luar daerah.

Sebelum membahas lebih jauh tentang Surau Ka’bah, penting untuk memahami latar belakang kehidupan agamis masyarakat Lubuak Jantan. Nagari ini terletak di dataran tinggi Sumatera Barat, dikelilingi oleh hamparan sawah hijau dan pegunungan yang asri. Masyarakat Lubuak Jantan dikenal religius, dengan nilai-nilai adat Minangkabau yang erat menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi mengaji, sholat berjamaah, dan pengajian rutin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas mereka. Surau-surau tradisional selalu menjadi pusat kegiatan keagamaan, tempat anak-anak belajar Al-Qur’an, dan ruang diskusi bagi orang dewasa. Namun, kehadiran Surau Ka’bah membawa angin segar bagi masyarakat, karena tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol inspirasi dan kemajuan.

Kehadiran Surau Ka’bah memberikan dimensi baru dalam kehidupan keagamaan masyarakat. Meskipun masjid-masjid besar seperti Masjid Raya Lubuak Jantan telah menjadi pusat ibadah utama, dan surau-surau tradisional tetap berfungsi sebagai tempat belajar agama bagi anak-anak, Surau Ka’bah hadir dengan konsep yang lebih inklusif dan multifungsi. Bangunan ini tidak hanya digunakan untuk sholat lima waktu, tetapi juga dirancang untuk mendukung berbagai kegiatan keagamaan, sosial, dan kemasyarakatan yang lebih luas. Dengan demikian, Surau Ka’bah menjadi pelengkap yang memperkuat ekosistem keagamaan di Lubuak Jantan, sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat akan ruang yang lebih representatif dan inspiratif.

Saat pertama kali tiba di lokasi, saya langsung terpesona oleh keindahan arsitektur Surau Ka’bah. Bangunan ini didesain sedemikian rupa sehingga mencerminkan kecintaan umat Islam kepada Ka’bah di Mekkah. Suasana khidmat begitu terasa saat kami melangkah masuk, merasakan kedamaian yang mendalam. Bagi masyarakat Lubuak Jantan, Surau Ka’bah bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga ruang spiritual yang memberikan ketenangan dan kedamaian bagi jiwa mereka.

Surau Ka’bah baru berdiri pada tahun 2024 dan saat ini masih dalam tahap pembangun dan pengembangan.

Salah satu manfaat utama Surau Ka’bah adalah akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti manasik haji dan umroh. Banyak warga Lubuak Jantan yang memiliki impian untuk menunaikan ibadah haji atau umroh, namun belum semua memiliki kesempatan langsung ke Mekkah karena keterbatasan biaya atau kondisi fisik. Melalui program manasik ini, mereka dapat belajar tata cara pelaksanaan haji dan umroh secara praktis dan mendalam. Hal ini tentu saja membantu mereka mempersiapkan diri secara mental dan spiritual sebelum benar-benar melaksanakan ibadah tersebut.

Selain itu, Surau Ka’bah juga akan menjadi pusat pendidikan Al-Qur’an dan tahfidz. Program ini ditujukan untuk anak-anak dan remaja agar mereka lebih dekat dengan kitab suci umat Islam. Di era modern seperti sekarang, tantangan bagi generasi muda untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama semakin besar. Oleh karena itu, keberadaan surau ini sangat penting untuk membentengi mereka dari pengaruh negatif. Para santri diajarkan membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal ayat-ayat suci, serta memahami makna di balik setiap firman Allah SWT. Dengan demikian, generasi muda Lubuak Jantan tumbuh menjadi insan yang berakhlak mulia dan berilmu.

Badan Kontak Majelis Ta’lim (BKMT) juga akan aktif berkegiatan di Surau Ka’bah. Organisasi ini diharapkan akan sering mengadakan pengajian rutin, diskusi tentang isu-isu keagamaan.

Baitul Mal, atau lembaga amil zakat, juga akan turut berperan aktif di Surau Ka’bah. Zakat, infaq, dan sedekah yang dikumpulkan dari masyarakat dikelola secara profesional untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dana tersebut digunakan untuk membiayai beasiswa bagi anak-anak kurang mampu, memberikan modal usaha bagi keluarga pra sejahtera, hingga membangun fasilitas umum. Dengan adanya Baitul Mal, masyarakat Lubuak Jantan semakin sadar akan pentingnya berbagi kepada sesama sebagai wujud syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Keberadaan Surau Ka’bah juga memberikan dampak positif bagi kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Misalnya, surau dapat digunakan sebagai tempat pertemuan untuk membahas isu-isu lokal, seperti pengelolaan sumber daya alam, pelestarian lingkungan, hingga penanganan konflik antarwarga. Surau Ka’bah menjadi tempat di mana semua orang merasa didengar dan dihargai, sehingga tercipta suasana kekeluargaan yang kuat.

Tidak hanya itu, Surau Ka’bah juga dapat menjadi destinasi wisata religi yang menarik. Pengunjung sering kali merasa takjub dengan arsitektur yang menggambarkan kecintaan umat Islam terhadap Ka’bah di Mekkah. Wisata religi ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.

Bagi masyarakat Lubuak Jantan, Surau Ka’bah adalah simbol kebanggaan dan motivasi untuk terus memperbaiki diri. Bangunan ini mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dan sesama manusia. Dengan adanya surau ini, semangat kebersamaan dan gotong royong semakin kuat. Warga saling membantu dalam berbagai kegiatan, mulai dari membersihkan surau hingga mengorganisir acara keagamaan. Semua ini mencerminkan nilai-nilai Islam yang universal, yaitu kasih sayang, persaudaraan, dan keadilan.

Yayasan Hj. Bunda Syarifah, sebagai inisiator pembangunan Surau Ka’bah, memiliki visi besar untuk menjadikan tempat ini sebagai pusat dakwah di wilayah Tanah Datar. Mereka berharap bahwa keberadaan surau ini dapat menginspirasi masyarakat lainnya untuk membangun tempat ibadah serupa di daerah mereka masing-masing. Dengan demikian, nilai-nilai keislaman dapat tersebar luas dan menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari. Saya sempat bertemu dengan salah satu pengurus yayasan, yang menjelaskan bahwa pembangunan surau ini merupakan bentuk syukur atas nikmat Allah SWT dan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Kunjungan saya ke Surau Ka’bah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Bangunan ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol persatuan dan kebersamaan. Masyarakat Lubuak Jantan telah membuktikan bahwa dengan semangat gotong royong dan keimanan yang kuat, mereka mampu menciptakan sesuatu yang luar biasa. Surau Ka’bah adalah contoh nyata bagaimana agama dapat menjadi pendorong kemajuan masyarakat.

Ke depannya, Surau Ka’bah diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas. Tidak hanya bagi masyarakat Lubuak Jantan, tetapi juga bagi seluruh umat Islam di Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, surau ini dapat menjadi pusat dakwah dan pendidikan yang berkelanjutan. Semoga keberadaan Surau Ka’bah menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam cerita ini, Surau Ka’bah bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang semangat keagamaan, kebersamaan, dan harapan masa depan yang lebih baik. Masyarakat Lubuak Jantan telah membuktikan bahwa dengan keyakinan dan kerja keras, mereka mampu menciptakan warisan yang bermanfaat bagi generasi mendatang. Surau Ka’bah adalah bukti nyata bahwa agama adalah sumber kekuatan dan inspirasi dalam kehidupan.

Penutup:
Surau Ka’bah Munzalan adalah bukti nyata bahwa agama dan kebudayaan dapat bersinergi untuk menciptakan kemajuan masyarakat. Dengan segala manfaat yang diberikan, surau ini layak menjadi kebanggaan masyarakat Lubuak Jantan dan inspirasi bagi daerah lainnya. Semoga keberadaannya terus memberikan manfaat bagi umat dan menjadi tempat yang penuh berkah bagi semua orang.

IAII Sumatera Barat


Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII) adalah organisasi profesi yang bertujuan meningkatkan kualitas teknologi informasi di Indonesia, melindungi masyarakat dari praktek buruk layanan ahli informatika, meningkatkan kemakmuran, martabat, kehormatan, dan peran ahli informatika Indonesia dalam rangka mencapai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945. Profil IAII