

Di bawah langit malam yang cerah, gemerlap bintang seolah menyelimuti kawasan perbukitan di Jorong Tanjuang Modang, Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar. Udara dingin menusuk tulang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani sayur dan berladang. Namun, malam ini ada sesuatu yang istimewa bagi warga Tanjuang Modang. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun terakhir, Surau Tawadhu’ kembali menggelar sholat tarawih. Suara takbir dan tahmid berkumandang, memenuhi ruang-ruang surau yang telah lama mati suri. Ini adalah bukti nyata semangat kebersamaan dan kegigihan warga dalam menghidupkan kembali salah satu warisan spiritual mereka.
Surau Tawadhu’, yang terletak di dataran tinggi dengan pemandangan alam yang memesona, sempat menjadi saksi bisu aktivitas keagamaan masyarakat Tanjuang Modang. Namun, seiring waktu, surau ini mulai ditinggalkan karena minimnya fasilitas dan kurangnya perhatian. Bangunan tua itu pun akhirnya hanya menjadi tempat singgah sesekali bagi warga yang ingin beristirahat setelah seharian bekerja di ladang. Menjelang bulan Ramadhan tahun ini, warga mulai merasa bahwa sudah saatnya mereka mengembalikan fungsi surau sebagai pusat ibadah dan kegiatan keagamaan. Semangat ini kemudian tumbuh menjadi gerakan gotong royong yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Perjalanan mengaktifkan kembali Surau Tawadhu’ tidaklah mudah. Warga harus memulai dari nol, dengan kondisi bangunan yang sudah lapuk dimakan usia. Namun, tekad mereka begitu kuat. Salah satu langkah awal yang dilakukan adalah mencari dukungan dari berbagai pihak. Berkat kerja keras dan komunikasi yang baik, pada Kamis, 27 Februari 2025, PLN berhasil memasang aliran listrik di surau tersebut. Listrik menjadi titik balik penting, karena memberikan penerangan yang memadai untuk kegiatan ibadah. Selain itu, beberapa donatur juga turut membantu dengan memberikan karpet baru agar jemaah dapat beribadah dengan lebih nyaman.
Namun, perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Masyarakat Tanjuang Modang, yang dipimpin oleh Suhardi selaku Wali Jorong, terus bergotong royong membersihkan surau. Setiap ada waktu, warga rela meninggalkan pekerjaan ladang mereka untuk membersihkan halaman, bahkan, jalan menuju surau yang dulunya rusak dan berlumpur kini telah dicor menggunakan dana swadaya masyarakat. Upaya ini dilakukan agar jemaah yang datang merasa nyaman dan tidak kesulitan mencapai lokasi.
Pagi itu, saya mendapat pesan WhatsApp dari salah seorang jemaah terkait kondisi Surau Tawadhu’ dan keinginan mereka untuk mengaktifkan surau tersebut tentunya dengan banyak perbaikan yang mesti dilakukan, hati saya langsung tergerak untuk melihat langsung semangat mereka. Pagi itu, saya pun menyempatkan diri untuk berkunjung ke surau ini. Saat tiba, saya disambut oleh senyum hangat para jemaah yang sedang bersiap untuk membersihkan surau setelah sholat subuh. Di tengah udara dingin yang menusuk, semangat mereka begitu membara. Mereka bercerita tentang harapan besar untuk menjadikan Surau Tawadhu’ sebagai pusat kegiatan keagamaan yang aktif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi warga saat ini adalah kelengkapan fasilitas surau. Meski sudah ada listrik dan karpet, masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Fasilitas tempat berwudhu, misalnya, masih sangat sederhana dan kurang memadai untuk menampung banyak jemaah. Selain itu, loteng surau yang belum ada. Atap yang bocor di beberapa bagian juga harus segera diperbaiki, serta dinding-dinding yang mulai kusam memerlukan pengecatan ulang. Semua ini menjadi prioritas warga untuk memastikan bahwa surau ini layak dan nyaman digunakan.
Pak Suhardi, dalam obrolan santai dengan saya, mengungkapkan harapan besar masyarakat Tanjuang Modang. “Kami ingin Surau Tawadhu’ ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan keagamaan,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan. Ia melanjutkan, “Kami berharap ada bantuan dari pemerintah atau dermawan untuk membantu kami merehab dan melengkapi fasilitas surau ini. Kami yakin, dengan dukungan semua pihak, surau ini bisa menjadi kebanggaan masyarakat.”
Semangat warga Tanjuang Modang ini patut diacungi jempol. Di tengah kesibukan mereka sebagai petani sayur dan berladang, mereka tetap menyisihkan waktu dan tenaga untuk merawat surau. Bagi mereka, surau bukan sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol persatuan dan kebersamaan. Melalui kegiatan di surau, mereka berharap generasi muda dapat lebih dekat dengan nilai-nilai agama dan tradisi Minangkabau yang sarat makna.
Selain itu, keberadaan Surau Tawadhu’ juga diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang tinggal di ketinggian. Sebagai daerah yang cukup dingin dan jauh dari pusat kota, akses ke masjid-masjid besar sering kali sulit bagi warga. Dengan mengaktifkan kembali surau ini, masyarakat dapat melaksanakan ibadah tanpa harus menempuh perjalanan jauh. Hal ini tentu saja akan meningkatkan partisipasi jemaah dalam kegiatan keagamaan, terutama di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Saat saya berbincang dengan beberapa jemaah, mereka menceritakan betapa bahagianya mereka bisa kembali menggunakan Surau Tawadhu’. “Dulu, surau ini adalah tempat favorit kami untuk belajar mengaji dan berdiskusi tentang agama. Sekarang, setelah sekian lama tidak aktif, rasanya seperti mimpi bisa kembali sholat berjamaah di sini,” kata salah seorang jemaah dengan mata berbinar. Cerita-cerita seperti ini membuat saya semakin yakin bahwa upaya warga Tanjuang Modang patut didukung sepenuhnya.
Ke depannya, warga berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan keagamaan di Surau Tawadhu’, seperti pengajian rutin, pelatihan tahfidz Al-Qur’an, hingga kegiatan sosial lainnya. Semua ini hanya bisa terwujud jika fasilitas surau semakin lengkap dan representatif.
Kisah perjuangan warga Tanjuang Modang ini adalah contoh nyata bagaimana semangat gotong royong dapat menghidupkan kembali sebuah bangunan yang sempat terabaikan. Mereka membuktikan bahwa dengan kebersamaan dan tekad yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin. Surau Tawadhu’ kini bukan lagi sekadar bangunan tua, tetapi menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi masyarakat.
Namun, perjuangan ini belum selesai. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar Surau Tawadhu’ benar-benar menjadi tempat yang layak dan nyaman untuk beribadah. Oleh karena itu, saya berharap ada pihak-pihak yang peduli terhadap keberlangsungan kehidupan keagamaan masyarakat, baik dari pemerintah maupun dermawan, yang bersedia membantu mewujudkan impian warga Tanjuang Modang. Setiap bantuan, sekecil apa pun, akan sangat berarti bagi mereka.
Di tengah keindahan alam Tanjuang Modang yang asri, Surau Tawadhu’ berdiri tegak sebagai saksi perjuangan masyarakat dalam menjaga nilai-nilai agama dan budaya. Bangunan ini adalah bukti bahwa agama dan kebersamaan dapat menjadi pendorong kemajuan masyarakat. Semoga keberadaan Surau Tawadhu’ dapat terus memberikan manfaat bagi umat dan menjadi tempat yang penuh berkah bagi semua orang.
Penutup:
Surau Tawadhu’ adalah bukti nyata bahwa semangat kebersamaan dan kegigihan dapat menghidupkan kembali warisan spiritual masyarakat. Dengan segala tantangan yang dihadapi, warga Tanjuang Modang telah membuktikan bahwa mereka mampu berbuat luar biasa demi kepentingan bersama. Semoga keberadaan Surau Tawadhu’ dapat terus memberikan manfaat bagi umat dan menjadi inspirasi bagi daerah lainnya. Mari kita bersama-sama mendukung upaya mereka untuk menjadikan surau ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang aktif dan bermanfaat.